menu menu menu 'si chubbie' :)

Dear Ex, I Miss You!



Cinta itu pasti. Yang membuatnya tak pasti adalah harapan yang bergantung terlalu dalam~

            Lampu trotoar yang berdiri setinggi dua meter diatasku masih menyala. Menyisakan bias warna orens yang cukup samar untuk menerangi setiap detil benda yang berada di sekitarnya. Hujan sudah reda sekitar dua menit yang lalu, bersamaan dengan suara petasan yang memekakkan, disusul taburan cahaya mejikuhibiniu yang menyebar di langit Sabtu malam yang mendung. Angin bekas hujan sore dengan sensasi dingin yang menaikkan bulu kuduk tak menghentikan lalu lalang kota Malang begitu saja. Ada banyak tujuan, ada banyak alasan yang menjadikan kota Malang tak pernah sepi dari pusat perhatian.
            Salah satunya aku.
            Yang berdiri diantara ribuan orang, yang nekat menembus dinginnya udara malam kota Malang, dengan satu tujuan yang samar. Aku tak pernah tahu tujuanku berada disini, di setapak jalan yang menghubungkan jalan raya dengan alun-alun kota Malang. Aku hanya mengikuti kemana kaki bergerak, kemana hati mengawal langkahku.
            Karena tujuan yang aku harapkan tidak akan ada disini.
            1 Oktober. Membuatku mengingat banyak hal, tentang banyak cerita dan ukiran kebersamaan yang terbingkai dalam kaca kenangan tujuh tahun yang lalu. Aku tahu, kaca itu telah retak dalam waktu yang lama, tanpa kutahu apakah aku bisa memperbaikinya lagi. Aku yang membiarkannya retak terlalu lama, hingga mungkin kini telah pecah menjadi kepingan kenangan yang akan terbuang. Terlupakan.
            Aku meneguk isi minuman kaleng terakhir yang berada di genggaman tanganku. Rasanya aku sudah berjalan terlalu jauh, karena begitu aku tersadar, aku sudah berada di pintu masuk alun-alun kota Malang. Aku melempar kaleng minumanku di tong sampah yang berada tak jauh dari pintu masuk, lalu celingukan. Apa yang membuatku berada di tempat ini? Tak bisa menemukan jawaban yang pasti, otakku membimbingku untuk terus melangkah.
            Aku duduk di salah satu kursi panjang alun-alun kota Malang, sembari menatap kembang api yang meletup cantik di langit mendung Sabtu malam. Biasanya akan ada yang mengajakku tertawa begitu kembang api mulai meluncur dan meledak di tengah langit. Dia akan mengajakku berhitung kapan percikan kembang api itu menghilang saat petasan sudah diledakkan. Aku menoleh ke samping kursi yang kududuki, tersenyum membayangkan dia berada di kursi yang sama denganku saat ini.
            Membayangkannya saja membuat rindu ini semakin meledak hebat, seperti letupan kembang api yang tak pernah menyisakan percik apinya terlalu lama. Seperti rindu, yang tak pernah menyisakan harapan untuk dipertemukan. Aku merindukannya dengan cara yang sederhana.
            “Berani bertaruh? Apinya akan hilang dalam waktu empat detik dari sekarang,” sebuah suara mengudara tepat di belakangku.
            “Ya, ya. Aku percaya padamu. Duduk disini sebentar, akan kubelikan yang sudah kujanjikan tadi,” suara yang lain menimpali.
            “Oke, jangan lama-lama ya! Nanti aku diculik, haha!”
            Suara kedua sudah menghilang. Mungkin pergi seperti yang dikatakan sebelumnya. Suara pertama sekarang juga ikut diam. Aku menoleh ke belakang. Kami duduk berseberangan, jadi aku tidak bisa melihat dengan jelas wajah seorang gadis yang kini asyik dengan gadgetnya. Dua detik kemudian aroma permen coklat merasuk cepat lewat kedua lubang hidungku. Aku mengenali parfum ini. Hatiku mulai berdegup tak karuan. Iramanya tak lagi teratur. Aroma permen coklat itu semakin membuatku terusik.
            Aku mencoba memastikan bahwa indera penciumanku salah. Aku menoleh lagi ke kursi belakangku, bersamaan dengan wajahnya yang juga menoleh ke arahku dengan tatapan kaget. Degup jantungku makin tak teratur, rasanya ingin mencelat keluar.
            “Kamu?!”
            Suara terakhir yang kudengar saat aku belum pulih dalam kekagetanku adalah pekik terkejut yang membuatku gugup dan kaku dalam satu waktu. “Alan?!”  
            Aku rindu kamu!
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Dear Ex, I Miss You!"

Posting Komentar